Al Baihaqi membawakan sebuah fasal dengan judul “larangan mencabut uban”. Lalu di dalamnya beliau membawakan hadith dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Rasulullah s.a.w bersabda:
“Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban (walaupun sehelai) dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan darjatnya.” (H.R. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir mengatakan bahwa hadith ini hasan).
Muhammad bin Hibban At Tamimi r.hu (yang lebih dikenali dengan Ibnu Hibban) dalam kitab Shahihnya menyebutkan pembahasan “Hadith yang menceritakan bahawa Allah akan mencatat kebaikan dan menghapuskan kesalahan serta akan meninggikan darjat seorang muslim kerana uban yang dia jaga di dunia.”
Lalu Ibnu Hibban membawakan hadith berikut. Dari Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w bersabda:
“Janganlah mencabut uban kerana uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu darjat.” (H.R. Ibnu Hibban dalam Sahihnya. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadith ini hasan)
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya berkata bahawa Rasulullah s.a.w bersabda:
“Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.” (H.R. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahawa hadith ini sahih)
Dari Fudholah bin ‘Ubaid, Nabi s.a.w bersabda:
“Barangsiapa memiliki uban di jalan Allah walaupun hanya sehelai, maka uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.” Kemudian ada seseorang yang berkata ketika disebutkan hal ini: “Orang-orang pada mencabut ubannya.” Rasulullah s.a.w lantas bersabda, “Siapa saja yang ingin, silakan dia memotong cahaya (baginya di hari kiamat).” (H.R. Al Bazzar, At Thabrani dalam Al Kabir dan Al Awsath dari riwayat Ibnu Luhai’ah, namun perawi lainnya tsiqoh (terpercaya). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadith ini hasan)
Perkataan Nabi s.a.w: “Siapa saja yang ingin, maka silakan dia memotong cahaya (baginya di hari kiamat)”; tidak menunjukkan bolehnya mencabut uban, namun bermakna ancaman. Rambut uban mana yang dilarang dicabut? Larangan mencabut uban mencakupi uban yang berada di kumis, janggut, alis, dan kepala. (Al Jami’ Li Ahkami Ash Shalat, Muhammad ‘Abdul Lathif ‘Uwaidah, 1/218, Asy Syamilah)
Apakah hukum mencabut uban haram atau makhruh? Para ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa mencabut uban adalah makhruh. Abu Dzakaria Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Mencabut ubat dimakhruhkan berdasarkan hadith dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari datuknya.
Para ulama Syafi’iyah mengatakan bahawa mencabut uban adalah makhruh dan hal ini ditegaskan oleh Al Ghazali sebagaimana penjelasan yang telah dinyatakan. Al Baghowi dan selainnya mengatakan bahawa seandainya mahu dikatakan haram kerana adanya larangan tegas mengenai hal ini, maka ini juga benar dan tidak mustahil. Dan tidak ada bezanya antara mencabut uban yang ada di janggut dan kepala (iaitu sama-sama terlarang). (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1/292-293, Mawqi’ Ya’sub)
Namun jika uban tersebut terdapat di janggut atau pada rambut yang tumbuh di wajah, maka hukumnya jelas haram karena perbuatan tersebut termasuk An Namsh yang dilaknat. Dari Ibnu Mas’ud r.a, Nabi s.a.w bersabda,
“Allah melaknat riba, pemakan riba, orang yang menyerahkannya (nasabah), orang yang mencatatnya dan yang menjadi saksi dalam keadaan mereka mengetahui (bahawa itu riba). Allah juga melaknat orang yang menyambung rambut dan yang meminta disambungkan rambut, orang yang membuat tatu dan yang meminta ditatu, begitu pula orang yang mencabut rambut pada wajah dan yang meminta dicabut.” (Diriwayatkan dalam Musnad Ar Robi’ bin Habib. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahawa hadith ini sahih)
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin r.hu mengatakan, “Adapun mencabut uban dari janggut atau uban dari rambut yang tumbuh di wajah, maka perbuatan seperti ini diharamkan kerana termasuk an namsh. An Namsh adalah mencabut rambut yang tumbuh di wajah dan jenggot. Padahal terdapat hadith yang menjelaskan bahwa Nabi s.a.w melaknat orang yang melakukan An Namsh.” (Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin, 11/80, Asy Syamilah)
Kesimpulannya majoriti (jumhur) ulama’ mengatakan hukum mencabut uban adalah makhruh. Namun sebagai seorang muslim yang ingin selalu mengikuti petunjuk Nabinya s.a.w dan agar tidak kehilangan cahaya di hari kiamat kelak, maka seharusnya seorang muslim membiarkan ubannya (tidak perlu dicabut).
Dengan inilah dia akan mendapat tiga keutamaan:
[1] Allah akan mencatatnya kebaikan,
[2] dan menghapuskan kesalahan serta
[3] akan meninggikan darajat seorang muslim karena uban yang dia jaga di dunia.
Wallahu a’lam
Sumber - http://www.facebook.com/photo.php?fbid=315029585188461&set=a.281923861832367.72819.281922481832505&type=1&theater
No comments:
Post a Comment